Sekolah di Indonesia cenderung tidak bisa berempati pada peserta didik yang mengalami kegagalan. Sekolah-sekolah di Indonesia lebih cenderung menghargai peserta didik berprestasi. Karenanya, lebih-lebih peserta didik berbakat akademik akan kebanjiran “ekspektasi” dan “tuntutan” dari banyak pihak untuk memiliki kemampuan dan kecepatan yang luar biasa dalam belajar dan lebih sanggup berprestasi akademik di sekolah. Namun, dibalik kemampuan yang luar biasa ini, mereka juga memiliki beberapa “kekurangan”, di antaranya cenderung memiliki banyak masalah sosial selama masa remaja dari pada “anak biasa”. Semestinya peserta didik berbakat akademik dengan “beragam kemampuannya yang luar biasa” streril dari gangguan takut gagal ini.