Jenjang syariat, thariqat, hakikat, ma’rifat merupakan empat suluk bagi salikin. Ma’rifatullah awal (muqaddimah) perjalanan ruh, dan akhir (khatimah) perjalanan ruh. Pengenalan terhadap diri dan jiwa (ma’rifaturruh) sebagai jalan ma’rifatullah. Singkat kata, kesaksian ruh terhadap Tuhan (mukasyafah rububiyah) merupakan sebuah keniscayaan. Niscaya, Tuhan berikan anugerah ladunni pada kampung batin setiap insan yang mau mencelupkan diri pada Allah (shibghatullah).
Keempat jalan ini jangan dipertentangkan karena mereka masing-masing memiliki kualitas. Hanya saja dalam kajian ada yang dari atas ke bawah seperti bermulaan makrifat yang berkesudahan syariat (rohani-jasmani). Atau perjalanan (sulukiyah) dari bawah ke atas. Maksudnya, pengkajian berawal dari syariat dan berakhir ke ma’rifat (jasmani-rohani). Terpenting adalah terpahamkan, bukan gagal paham. Sebab tanpa ma’rifat, manusia terjebak dalam menyembah dzat-Nya, menyembah sifat, nama dan perbuatan-Nya (menyembah materi). Materi kasar namanya syariat, materi halus namanya hakikat. Menelusuri kenyataan dalam sejarah pada saat proses turun wahyu, bermula jenis surah Makkiyah, lalu jenis surah Madaniyah, sebagai role of main. Bagaimanapun ulasannya, iman tauhid (keesaan) adalah bukti ma’rifatullah. Eskalasi skema, tema, esensi ahadiyah merupakan rute jalan (road-mapp) utama bagi para penempuh dan pencari jalan Tuhan.
Sinopsis pemantik paparan itu, akan merangsang para pencinta Tuhan untuk bertanya. Sekira-kira telah dimengerti, bahwa eksistensi Tuhan tunai. Makna- nya, Tuhan sudah terhadir pada ruh disetiap yang bernyawa. Sementara, setiap yang bernyawa pasti akan mati. Kemudian kemanakah perginya Tuhan, ruh, setelah berlepas dari nyawa?