Naskah ini dihadirkan dengan destinasi melanjutkan tradisi mengawetkan pengetahuan dalam frame social Islamic heritage. Tradisi pengawetan pengetahuan ini dipandang penting dan ‘bernilai’ karena seluruh isi naskah ini bercerita secara lugas tentang relasi Islam dengan “segenap khazanah dunia Borneo”.
Naskah buku ini hampir seluruhnya ditulis dari berbagai sisi tentang beberapa kawasan Borneo. Naskah ini menghadirkan ‘wajah’ Borneo dalam beragam perspektif. Destinasi ini tentu bukan kebetulan. Namun, berangkat dari pergulatan pemikiran Generasi Z yang mencoba mengartikulasikan realitas sosial yang terbentang di hadapan mereka.
Menariknya, ada banyak sisi yang coba distimulasi melalui reportase tulisan yang ‘menjejak’ pada realitas yang selama ini mungkin luput dari perhatian banyak kalangan. Bahkan kalangan akademis sekali pun. Realitas sederhana itu kemudian ditulis dengan bahasa lugas, sederhana dan to the point. Khas gen Z. Terkadang tulisan itu menghadirkan kegelisahan, sedikit berargumen dan mengajukan pertanyaan, atau bahkan hingga berusaha menggali sebuah realitas secara “agak” mendalam.
Fenomena ini tentu menarik. Jika dicermati lebih detail, tulisan dalam naskah ini spektrumnya lumayan lebar dan menarik. Setidaknya mulai dari mengeksplor kekayaan tradisi hingga mencoba memberanikan diri untuk ikut berkomentar tentang kebesaran sejarah masa lalu. Tentu sejarah yang mempertegas relasi sosial dan Islam yang sudah sejak lama bersimbiosis.
Tradisi ‘mengawetkan pengetahuan’ ini tentu harus terus dipertahankan. Mumpung realitas sosialnya “masih tersisa” untuk dituliskan. Meski beberapa di antaranya membutuhkan penulisan ulang. Bisa jadi [memang] sudah pernah dituliskan. Atau masih berharap menunggu kaum cerdik-cendekia yang datang kemudian dengan isi kepala yang penuh dengan kesadaran akan pentingnya mengawetkan pengetahuan. Semoga kondisi ini terus terjaga. Karena dikhawatirkan meredup persistensinya.
Ada banyak kalangan yang seolah tidak peduli dengan semua realitas yang ada di sekitarnya. Tak terhitung begitu banyak moment yang menguap begitu saja. Hilang ditelan zaman. Kalau pun masih ada, eksistensinya tak lebih diposisikan sekedar “saksi bisu Sejarah”.