Buku yang kini sedang pembaca simak adalah persistensi penulis untuk mengawetkan tradisi akademik yang nyaris terlupakan. Dalam naskah buku ini penulis coba menghadirkan kembali gagasan penting dari Ikhwan al-shafa yang hampir hilang dari tradisi akademik dunia. Sebagai sebuah gerakan, Ikhwan al-shafa melalui al-Rasail menghadirkan berbagai gagasan dari berbagai perspektif keilmuan yang kaya dengan bahasan yang menggugah kepenasaran akademik tersendiri. Gagasan-gagasan yang cenderung out of the box itu dihadirkan hingga kini masih diperbincangkan. Seakan tak pernah mati diwacanakan.
Sementara itu, di seberang sana dihadirkan aliran psikologi yang diyakini banyak orang sebagai aliran pertama dalam sejarah panjang psikologi Barat. Kedua mainstream keilmuan ini “sengaja” dibenturkan. Keduanya punya basis teoritik yang beririsan. Meletakkan behavior sebagai basis perdebatan teoritiknya meski berbeda dalam orientasi, sumber gagasan dan makna. Destinasinya tak lain untuk mendeskripsikan titik terjelas dari kedua aliran keilmuan tadi. Keduanya tentu punya distingsi yang menarik dikritisi.
Penulis menghadirkan “pertarungan” teoritik ini dengan tujuan untuk menarasikan kontestasi keduanya. Perspektif keilmuan yang kontras inilah yang menarik diwacanakan. Meski keduanya bertumbuh dari “lingkungan alam” akademik yang tak sama. Baku kritik tentu tak terelakkan. Keduanya bertumbuh di atas “lahan” pemikiran yang terkadang saling bermenjauh. Terkadang ketemu irisannya.
Penulis berhipotesa, kontestasi “mendekat–menjauh” ini lebih difaktori karena keduanya tidak lahir dalam masa yang sama. Ikhwan al-shafa sudah malang-melintang sejak abad ke-9. Gagasannya telah dikunyah dan dicerna banyak kalangan. Sementara Behaviorisme baru muncul kurang lebih seribu tahun berikutnya. Lebarnya rentang waktu dengan segala diskusi dan distingsi inilah yang coba dihadirkan dalam naskah buku yang kini sedang kami sajikan. Fresh from the oven namun diletakkan dalam meja hidangan kemodernan.