Salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan manusia ialah ekonomi, sehingga muncul berbagai konsep, mazhab dan atau paradigma dalam ekonomi yang kesemuanya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan manusia. Namun demikian, dalam realitanya konsep-konsep ekonomi tersebut mendapat kritik karena mengabaikan aspek moral yang berdampak pada munculnya problem tersendiri dalam perekonomian. Sebagai contoh, hukum ekonomi yang terkait suplpy and demand yang tidak menyertai dorongan moral yang subyektif melahirkan ekonomi kapitalis yang ditandai dengan semangat egoisme dan sistem yang liberal. Manusia dipandang sebagai makhluk ekonomi (homo-economicus) yang senantiasa mengejar keuntungan sebesar-besarnya dengan pengorbanan sekecil-kecilnya saja dengan melupakan nilai moral. Oleh karena itu muncul konsep ekonomi alternatif yang berbasis moral yang didasarkan pada konsep ajaran Islam yang kemudian diterapkan dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Konsep ini saat ini kita kenal dengan ekonomi Islam. Di dalam konsep ini, ekonomi menjadi sarana maraih falah yang tidak hanya bersifat duniawi namun berimplikasi pada ukhrawi. Kesejahteraan bukan hanya diukur dengan materi saja, namun termasuk juga spiritual. Ketika ekonomi Islam membincang keuntungan, maka di dalamnya juga terdapat pertanggungjawaban pada tuhan. Oleh sebab itu kejujuran, keadilan sosial dan tanggung jawab menjadi atribut yang harus diperhatikan dalam kegiatan ekonomi dalam Islam tersebut. Dengan demikian terjadi perubahan paradigma yang semula homo economicus menjadi Islamic economic man.
Nah, buku yang ada di tangan pembaca ini mencoba merespon apa yang menjadi harapan ekonomi Islam sesuai dengan perkembangan kekinian. Kajian-kajian ekonomi Islam yang kemudian berkembang juga pada ekonomi syariah saat ini bukan lagi menjadi kajian eksklusif di kalangan dunia muslim saja, namun telah menjadi kajian ekonomi global dan dikembangkan oleh negara-negara non-Muslim.