Kitab insan kamil terdiri atas dua chapter. Chapter A. Muhammad Rasulullah. Mengusung 18 kajian tasawuf. Chapter B. Muhammad Habibullah. Mengusung 17 kajian tasawuf. Dalam kajian, ada yang menarik, lain daripada yang lain. Munajat Imam Abil Hasan As-Sazili, anomali munajat dan kekhususan para kekasih (khususiyat auliya’). Munajat-nya, hampir tidak ditemukan dalam kitab-kitab. Ada rasa yang merasa sebelum raga. Bahkan rasa akan lenyap, rasa didalam rasa (fi sirris-sari).
Level beragama bertingkat, namun wajib didaki, setapak demi setapak (latarkabunna thabaqan ‘an thabaq). Maksudnya, diperlukan kesiapan pikiran dan perasaan. Kolaborasi pikiran dan perasaan dinamakan akal. Secara bahasa, ‘aqal adalah ikatan (penjara). Lepaskan akal, bebas terbang mengembara yang bertujuan. Tujuan (niat) sanggup pula menjadi penjara. Penjara adalah bayang yang kita bangun sendiri didalam akal.
Muhammad, insan kamil ingin kembali kepada Tuhan An-Nur (maha cahaya). Jangan membelakangi cahaya! Siapa yang membelakangi cahaya, niscaya dia mengejar bayangan-nya sendiri. Bayang tidak sanggup mendekap cahaya. Lalu, insan kamil berbalik menuju cahaya, sehingga antara insan kamil dengan maha cahaya, tidak berbayang selamanya! Sebab, insan kamil dan maha cahaya sudah menyatu. Bertuhan adalah kekuatan berpikir abstrak untuk menembus alam pikiran ketuhanan (Arrahman:33).