Namanya juga rencana penelitian, seharusnya memuat tentang pokok-pokok kegiatan dan tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakukan. Termasuk rencana substansi (what-apa) yang akan diteliti. Saya masih sering menemui beberapa mahasiswa yang membuat rencana penelitian, tapi tidak mengerti dengan baik tentang apa yang akan diteliti (aspek substansi- what), dan bagaimana cara kerja (melakukan) penelitian (aspek teknis-metodologi- How). Konsepnya “terlihat” bagus. Teorinya “tampak” mantap dan keren. Sayangnya lebih banyak baru sebatas konsep dan teori. Padahal penelitian itu mestinya praktek, melakukan penelitian – meneliti. Bukan berteori – konseptual semata.
Karena itu, seringkali saya harus menghadirkan pilihan, lebih baik konsep dan teorinya kurang (bahkan tidak ada), tapi rencana praktiknya baik dan jelas dapat difahami untuk dikerjakan. Sebab, substansi penelitian – meneliti itu adalah praktek. Praktek melakukan penelitian. Bukan berteori-konseptual.
Lantas, konsep dan teori tidak penting? Penting. Konsep dan teori sangat penting difahami. Konsep dan teori lah yang membantu pemahaman dan penguasaan cara-cara meneliti – melakukan penelitian. Tapi untuk merenakan penelitian yang baik dan praktis, kita tidak boleh berhenti hanya sebatas konsep dan teori semata. Tapi harus sampai pada rencana kerja praktisnya. Karena itulah ketika harus memilih konsep-teoritis di satu sisi atau rencana praktis di sisi lain, saya lebih senang melihat rencana kerja praktisnya. Sebab disinilah saya bisa mengatakan bahwa seseorang benar-benar faham dan siap untuk melakukan penelitian atau tidak. Dari sinilah saya memperoleh keyakinan akan kemampuan seseorang menghasilkan penelitian yang baik dan meyakinkan di lapangan.